Salah tangkap, asyik ngopi Mulyadi ditangkap dan dipukuli polisi
Nasib Mulyadi (40) warga Kampung Kaducokrom RT
05 RW O6, Desa Sukacai, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang yang menjadi korban
salah tangkap anggota polisi tidak jauh berbeda dengan nasib Tasturi, korban
salah tangkap lainnya. Bedanya, Mulyadi tidak dibedil kakinya seperti Tasturi.
Berdasarkan keterangan Mulyadi, mandor pembangunan pabrik PT Mayora di Cadasari itu, peristiwa penangkapan terjadi pada Sabtu (15/3) sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu dia sedang ngopi di warung yang berjarak tidak jauh dari pembangunan pabrik PT Mayora.
Tiba-tiba berhenti sebuah mobil berjenis Nissan Terano dan sejumlah orang turun dari mobil tersebut dan langsung menarik dia masuk ke mobil. Setelah berada di dalam mobil kepala Mulyadi langsung ditutup menggunakan kain dan mulut dilakban. Dia kemudian diinterogasi sambil di pukuli terkait kasus pencurian kendaraan bermotor.
"Pas saat saya ditarik masuk mobil, kepala saya langsung ditutup kain. Yang ditanyakan pertama adalah dikemanakan oleh kamu mobil itu dan sama siapa kamu mencurinya, saya jawab mobil yang mana dan saya tidak pernah mencuri mobil," kata Mulyadi.
Karena dirinya tidak merasa mencuri mobil seperti yang dituduhkan, dan terus membantah tuduhan tersebut dia terus menerima siksaan oleh sekitar lima polisi. Akibat perlakukan kasar tersebut tubuh korban mengalami luka memar. Di bagian punggung terdapat luka bintik - bintik.
"Saya sempat diancam jika tidak mau ngaku dan memberitahu mobil itu di mana serta teman-temannya maka akan disiksa sampai mati. Setelah saya dipukuli, sekitar pukul 11.30 WIB saya dibuang di daerah Curug, Tangerang," ujar Mulayadi.
Setelah dibuang Mulyadi, langsung menelepon keluarganya untuk mengabarkan dirinya berada di Tangerang karena menjadi korban pemukulan polisi.
"Malam itu saya telepon Andi (temannya, red) untuk menginap dan baru siangnya saya dijemput keluarga untuk dirawat di RSUD Serang. Saya sangat ironis, kenapa polisi itu seperti tidak bersalah dan membuang saya begitu saja di Curug," kata Mulyadi.
Sementara Badriudin (35), saudara korban Mulyadi mengaku kecewa atas musibah yang menimpa keluarganya. Dia mempertanyakan sikap polisi yang langsung menangkap Mulyadi saat bekerja dan dipukuli lalu dibuang di daerah Curug, Tangerang, seperti hewan oleh polisi.
"Kita sangat kecewa sekali. Kenapa polisi bersikap seperti itu dan memperlakukan Mulyadi seperti hewan dengan memukuli dan dibuang di jalan," katanya.
Sebelumnya, diberitakan nasib Tasturi (35) warga Kampung Putat, Desa Koranji, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang Banten, mengalami perlakuan lebih tragis. Kaki kanannya ditembak saat dicokok polisi dari rumahnya. Dia ternyata korban salah tangkap.
Berdasarkan keterangan Mulyadi, mandor pembangunan pabrik PT Mayora di Cadasari itu, peristiwa penangkapan terjadi pada Sabtu (15/3) sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu dia sedang ngopi di warung yang berjarak tidak jauh dari pembangunan pabrik PT Mayora.
Tiba-tiba berhenti sebuah mobil berjenis Nissan Terano dan sejumlah orang turun dari mobil tersebut dan langsung menarik dia masuk ke mobil. Setelah berada di dalam mobil kepala Mulyadi langsung ditutup menggunakan kain dan mulut dilakban. Dia kemudian diinterogasi sambil di pukuli terkait kasus pencurian kendaraan bermotor.
"Pas saat saya ditarik masuk mobil, kepala saya langsung ditutup kain. Yang ditanyakan pertama adalah dikemanakan oleh kamu mobil itu dan sama siapa kamu mencurinya, saya jawab mobil yang mana dan saya tidak pernah mencuri mobil," kata Mulyadi.
Karena dirinya tidak merasa mencuri mobil seperti yang dituduhkan, dan terus membantah tuduhan tersebut dia terus menerima siksaan oleh sekitar lima polisi. Akibat perlakukan kasar tersebut tubuh korban mengalami luka memar. Di bagian punggung terdapat luka bintik - bintik.
"Saya sempat diancam jika tidak mau ngaku dan memberitahu mobil itu di mana serta teman-temannya maka akan disiksa sampai mati. Setelah saya dipukuli, sekitar pukul 11.30 WIB saya dibuang di daerah Curug, Tangerang," ujar Mulayadi.
Setelah dibuang Mulyadi, langsung menelepon keluarganya untuk mengabarkan dirinya berada di Tangerang karena menjadi korban pemukulan polisi.
"Malam itu saya telepon Andi (temannya, red) untuk menginap dan baru siangnya saya dijemput keluarga untuk dirawat di RSUD Serang. Saya sangat ironis, kenapa polisi itu seperti tidak bersalah dan membuang saya begitu saja di Curug," kata Mulyadi.
Sementara Badriudin (35), saudara korban Mulyadi mengaku kecewa atas musibah yang menimpa keluarganya. Dia mempertanyakan sikap polisi yang langsung menangkap Mulyadi saat bekerja dan dipukuli lalu dibuang di daerah Curug, Tangerang, seperti hewan oleh polisi.
"Kita sangat kecewa sekali. Kenapa polisi bersikap seperti itu dan memperlakukan Mulyadi seperti hewan dengan memukuli dan dibuang di jalan," katanya.
Sebelumnya, diberitakan nasib Tasturi (35) warga Kampung Putat, Desa Koranji, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang Banten, mengalami perlakuan lebih tragis. Kaki kanannya ditembak saat dicokok polisi dari rumahnya. Dia ternyata korban salah tangkap.
Sumber :www.merdeka.com